iklan warmadewa

BKKBN Apresiasi Desa Titab “Zero” Kasus Stunting

IMG-20220726-WA0030
Promosi Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) Percepatan Penurunan stunting di Desa Titab, Kabupaten Buleleng.

SINGARAJA,DiariBali.com-
Inspektur Utama BKKBN Ari Dwikora Tono, mengapresiasi Desa Titab, Kecamatan Busungbiu, Buleleng zero srunting. Disamping juga prevalensi stunting di Buleleng yang berada di bawah rata-rata Provinsi, bahkan nasional.

Hal ini diungkapkan Dwikora Tono saat memberi sambutan dalam
Promosi Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) Percepatan Penurunan stunting di Desa Titab, Kecamatan Busungbiu, Kabupaten Buleleng, Selasa (26/7) yang juga dihadiri masyarakat Desa Telaga, Busungbiu.

“Stunting bukan penyakit, tetapi kondisi tumbuh janin bayi yang tidak optimal, sehingga ketika dewasa, tidak bisa tumbuh baik seperti bayi lainnya,” jelas Dwikora.

Ia mengingatkan, Presiden Joko Widodo mencanangkan Indonesia Emas 2045 atau 100 tahun setelah merdeka. Dengan demikian, Indonesia harus memiliki sumber daya manusia tangguh. Sehingga ia berharap kondisi “zero” stunting di Desa Titab dipertahankan.

Angka stunting di Buleleng didukung oleh stunting di desa rendah bahkan nol. Pihaknya berharap Tim pendamping keluarga bekerja terus, sehingga konsidi stunting nol dapat dipertahankan.

Stunting di Indonesia, lanjutnya, sebesar 24,4 persen. “Angka ini artinya diatas 20 persen, menurut lembaga kesehatan dunia yaitu WHO sebuah negara angka stunting 20 persen kondisi kesehatan di negara tersebut tidak baik-baik saja,” tegasnya, sembari menyebut Presiden sampai mengeluarkan Perpres 72/2021 sebagai bukti keseriusan menanggulangi stunting.

Sementara Perbekel Desa Titab I Wayan Swastika membeberkan, tips-tips desa yang dipimpinnya terbebas dari gangguan gizi kronis pada balita itu dengan mengaktifkan Posyandu secara rutin tiap bulan.

BACA JUGA:  Satpol PP Tertibkan Ratusan Baliho dan Pamflet di Seluruh Wilayah Denpasar

Pasangan calon pengantin dan pasangan usia subur juga tak luput dari perhatian pemerintah desa. Sebagai pimpinan desa, ia memuji kedisplinan warganya yang sangat antusias mengikuti arahan pemerintah di bidang kesehatan ini.

Desa Titab, lanjut Swastika, memiliki 1.179 penduduk terbagi dalam 362 KK. Sebagian besar penduduknya menggantungkan diri dari hasil perkebunan dan holtikultura seperti kakao dan cengkih.

Meski pun wilayahnya tidak ditemukan kasus stunting, ia berharap kampanye ini bisa mencegah potensi yang timbul di kemudian hari. “Ujung-ujungnya tujuannya untuk kesejahteraan warga kami. Kami sangat berterima kasih desa kami dipilih sebagai tempat sosialisasi,” jelasnya.

Wakil Bupati Buleleng I Nyoman Sutjidra mengungkapkan, prevalensi stunting di bagian Bali Utara itu masih bertengger di angka 8,9 persen. Memang masih di bawah rerata nasional dan Provinsi Bali. Namun pihaknya tetap komit mewujudkan Buleleng “zero” stunting.

Bidan desa, kata Sutjidra, merupakan strategi yang ampuh mencegah stunting. Lewat skill yang dimiliki, bidan-bidan desa ini berkolaborasi dengan kader PKK mendeteksi gejala stunting seperti di Desa Titab ini.

“Sangat strategis sekali peran bidan desa. Syukur Perbekel di Buleleng menempatkan bidan desa melalui dana desa,” kata Sutjidra yang juga Penanggung Jawab Percepatan Penurunan Stunting Kabupaten Buleleng tersebut.

Lanjut dia, pengentasan stunting memerlukan kolaborasi lintas sektor. Misalnya Dinas PUPR, Pendidikan, dan yang lain karena merupakan persoalan yang kompleks. Ia juga mengajak calon pengantin untuk benar-benar merencanakan masa depannya. (Zoh)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *