Barista Difabel Seduh Harapan di Bali

IMG-20251020-WA0068
Barista Difabel sedang meracik kopi di Difel Cafe, Denpasar.

Denpasar, diaribali.com —
Di balik aroma kopi hangat yang menguar di Difel Café, Graha Nawasena, Denpasar, tersimpan kisah perjuangan dan keberdayaan. Para barista yang melayani pelanggan di kafe ini bukan barista biasa — mereka adalah penyandang disabilitas yang kini percaya diri menaklukkan dunia kopi berkat dukungan Pertamina Patra Niaga Fuel Terminal Sanggaran melalui program pemberdayaan ekonomi kreatif “DIFEL (Difabel) Café.”

“Dengan keterbatasan, kami tetap bisa berkarya dan menunjukkan kepada masyarakat bahwa kami mampu,” ujar I Nyoman Juniartha atau Jigo, Ketua KUBE Gantari Jaya sekaligus barista difabel yang kini memimpin operasional Difel Café dari kursi rodanya, Senin (20/10).

Difel Café berdiri pada 2023, berawal dari gagasan yang lahir dalam Forum Group Discussion bersama komunitas Sahabat Disabilitas Kota Denpasar. Pertamina yang telah lama aktif menjalankan program Sahabat Disabilitas menangkap aspirasi itu, lalu mewujudkannya menjadi kafe yang sepenuhnya dikelola oleh penyandang disabilitas.

Kolaborasi dengan Dinas Sosial Kota Denpasar, Yayasan Dompet Sosial Madani Bali, dan ARTne Coffee Tabanan memperkuat program ini. Lokasi kafe pun strategis — berada di Graha Nawasena, gedung hibah Dinas Sosial yang dikelilingi sekolah dan universitas, sehingga mudah diakses pelanggan muda dan komunitas kampus.

Pertamina memberikan pelatihan barista profesional selama enam bulan, lengkap dengan peralatan, bahan baku, dan seragam. Hasilnya, para peserta tak hanya mahir meracik kopi, tapi juga tumbuh percaya diri menghadapi dunia kerja.

Bagi Ayu, barista penyandang low vision berusia 53 tahun, Difel Café menjadi babak baru dalam hidupnya. “Saya dulu hanya terapis pijat, tapi sekarang juga bisa jadi barista. Walau usia sudah 50-an, ternyata tidak ada kata terlambat untuk belajar,” ujarnya haru.

Cerita serupa datang dari Yudha, barista tuli yang kini melayani pelanggan dengan percaya diri. “Dulu kami belajar enam bulan. Sekarang saya bisa menyajikan kopi dengan bangga. Pesan saya: jangan malu, jangan takut. Kita bisa!,” katanya melalui bahasa isyarat.

Difel Café kini tak hanya melayani pelanggan di Graha Nawasena, tetapi juga aktif di berbagai pameran dan event budaya di Denpasar. Dalam sehari, omzet penjualan mencapai Rp750 ribu hingga Rp2 juta dengan menu beragam — dari latte, Vietnam drip, matcha, hingga varian non-kopi.

Program ini juga berkembang menjadi Difel Pastry, melibatkan keluarga disabilitas untuk memproduksi croissant, puff, dan coffee bun. Kolaborasi tersebut membuka peluang ekonomi baru sekaligus memperkuat rasa kebersamaan antaranggota.

Tak berhenti di situ, tahun ini para barista berkesempatan melakukan benchmarking ke industri kopi rumahan di Tabanan. Mereka belajar tentang pohon kopi, proses pascapanen, hingga teknik roasting, agar setiap cangkir yang disajikan memiliki cerita otentik dari hulu ke hilir.

Bagi Pertamina, Difel Café bukan sekadar program CSR, melainkan bukti nyata komitmen terhadap inklusivitas dan kemandirian ekonomi bagi penyandang disabilitas.

“Pertamina percaya setiap individu memiliki potensi. Melalui Difel Café, kami ingin menghadirkan ruang kesetaraan, peluang kerja layak, sekaligus mendukung pencapaian SDGs, khususnya pengurangan kesenjangan dan pertumbuhan ekonomi inklusif,” ujar Ahad Rahedi, Area Manager Communication, Relations & CSR Pertamina Patra Niaga Jatimbalinus.

Pendampingan Pertamina meliputi pelatihan, penyediaan mesin kopi, hingga akses jaringan mitra. Selain itu, mereka juga menerapkan praktik ramah lingkungan dengan penggunaan paper cup dan sedotan bambu di setiap kegiatan.

Kini, Difel Café bukan hanya tempat menikmati kopi. Ia menjadi rumah kedua bagi para barista difabel — ruang belajar, berkarya, dan berani bermimpi. “Dulu saya pikir hidup saya mentok. Tapi ternyata, dari kopi saya bisa punya mimpi lagi,” ucap Ayu sambil tersenyum.

Dari setiap tegukan kopi Difel, mengalir semangat untuk hidup lebih mandiri, percaya diri, dan setara. Karena di Difel Café, kopi bukan sekadar minuman — ia adalah simbol harapan. (Art)