Banjir Bali Jadi Alarm, DPRD Evaluasi Tata Air

Denpasar,diaribali.com –
Deretan banjir yang melanda Bali dalam beberapa pekan terakhir menjadi peringatan serius bagi pemerintah daerah. Menyikapi kondisi ini, DPRD Provinsi Bali bergerak cepat mengevaluasi sistem tata kelola air, khususnya aliran sungai dan drainase yang dinilai tidak lagi mampu menampung debit air saat hujan lebat. Rapat lintas sektor digelar untuk mengidentifikasi penyebab banjir dan merumuskan solusi jangka panjang guna mencegah bencana serupa terulang.
Ketua Panitia Khusus (Pansus), I Made Supartha, dalam rapat yang digelar di Ruang Banmus Kantor DPRD Bali, Rabu (17/9), menegaskan, pentingnya evaluasi menyeluruh terhadap sistem drainase dan aliran sungai di Bali. Ia menyoroti beberapa titik rawan banjir yang terjadi kemarin seperti di kawasan Tohpati dan sekitar Mall Bali Galeria.
“Tujuan rapat ini untuk evaluasi, agar ke depan kita bisa menata kembali jalur-jalur air. Kita bersama Balai Wilayah Sungai (BWS) akan turun langsung mengecek kondisi sungai, seperti Tukad Badung dan lainnya, untuk mengetahui penyebab utama banjir,” ujar Politisi PDIP asal Tabanan tersebut.
Ia menambahkan, keterlibatan semua pihak baik dari pemerintah pusat, daerah, maupun OPD terkait sangat dibutuhkan agar penanganan banjir bisa dilakukan secara terintegrasi dan berkelanjutan.
Disebutkan, berdasarkan data dari BPN dan BWS, salah satu penyebab utama banjir adalah alih fungsi lahan serta maraknya aktivitas di sepanjang aliran sungai dari hulu ke hilir.
Sementara itu, Kepala BWS Bali-Penida, Gunawan Suntoro, mengungkapkan pihaknya tengah melakukan analisis dan identifikasi terhadap enam sungai utama di Bali yang akan dinormalisasi, antara lain Tukad Badung, Tukad Ayung, Tukad Mati, dan Tukad Unda.
“Kami menerima permohonan dari Gubernur Bali terkait normalisasi enam sungai besar. Saat ini kami fokus identifikasi titik-titik yang paling urgent untuk segera ditangani,” jelas Gunawan.
Selain normalisasi, lanjut Gunawan, langkah mitigasi lain juga sedang disiapkan. Di Tukad Unda, misalnya, pembangunan infrastruktur tanggul akan dilakukan menyusul tergerusnya Embung Unda yang memperparah banjir. Sedangkan di Tukad Badung, Tukad Ayung, dan Tukad Mati, permasalahan sedimentasi menjadi fokus utama.
“Curah hujan tinggi membuat debit air meningkat drastis. Ini memerlukan penanganan khusus terutama untuk pembersihan sedimen dan penguatan tanggul,” lanjutnya.
BWS berharap perbaikan sungai-sungai besar di Bali dapat menjadi prioritas oleh pusat, mengingat dampaknya yang signifikan terhadap keselamatan warga dan infrastruktur. (Art)