ucapan nyepi dan idul fitri warmadewa

Bale Sakanem Portabel, Lebih Laris dari Tenda

IMG-20240403-WA0020
BALE SAKANEM tetap eksis digunakan warga Desa Kuwum, Sukawana, Kintamani, Bangli saat punya hajatan.

BANGLI-

Jasa sewa Bale Sakanem memiliki prospek yang cerah, tak kalah dengan bisnis persewaan tenda modern. Dari etimologinya, bale sakanem berarti sebuah bangunan dengan enam tiang.

Disebut portabel, karena bangunan berukuran 4,2 X 2,1 dengan tinggi tiang 2,8 meter ini bisa dipindah-pindah sesuai lokasi si empunya hajatan. Bale sakenem ini pun sanggup menampung maksimal 50 orang.

Salah satu desa yang memanfaatkan bale sakenem hingga kini yakni Desa Kuwum, Sukawana, Kintamani, Bangli. Seorang warga setempat, I Wayan Kardi menceritakan, bale sakenem tersebut terinspirasi dari desa tentangga, Belantih, Kecamatan Kintamani.

Ditemui di sela penakaman ibunya, beberapa waktu lalu, Kardi mengaku sangat terbantu dengan dua buah bale sakanem. Apalagi rumahnya sangat kecil, tidak sanggup menampung ratusan pelayat yang notabene satu warga desa adat ditambah keluarga serta koleganya yang datang dari luar desa.

Namun Kardi tidak menyewa bale sakenem. Bale yang ia gunakan adalah milik kelompoknya yang masih lingkaran keluarga besar. “Jika nyewa, perhari bisa 30 sampai 100 ribu per hari. Tergantung ukurannnya,” jelas Kardi.

Ia menambahkan, warga Desa Kuwum memang cenderung memilih bale sakanem ketimbang tenda saat punya kegiatan upacara adat keagamaan termasuk kematian.

Selain lebih murah, para tamu merasa lebih nyaman diduk di bale sakanem, apalagi pas musim hujan. “Kalau pakai bale, itu diduknya di atas. Di sini (Kintamani) kan dingin. Nah, pas musim hujan pun tetap nyaman duduk di bale,” imbuh dia.

BACA JUGA:  Dishub Denpasar Pastikan Keselamatan Angkutan Jelang Lebaran

Lanjut Kardi, ada perbedaan sistem sewa bale sakanem dengan tenda. Jika tenda diantar dan dipasang sendiri oleh penyedia jasa, sedangkan bale sakanem sebaliknya.

Si pemesan harus mengambil dan memasang sendiri bale tersebut. Kardi menuturkan, cara memasangnya sangat gampang. Sekalipun bukan tukang bangunan, pasti bisa karena sudah ada kode tertentu di setiap tiang.

“Jadi tinggal ngikutin tanda-tanda setelannya. Tinggal masukin,” jelasnya. Begitu pun atapnya dari seng. Sangat mudah dipasang. “Tinggal buka gulungan seng, lalu cleb, lembar demi lembar pasang di atas,” katanya.

Jika sudah selesai, pengguna jasa juga wajib mengembalikan bale yang telah dibongkar tersebut ke tempat pemiliknya.

Dalam sebuah acara, menurut Kardi, setidaknya diperlukan empat buah bale sakenem. Pasalnya, bale sakenem ini tidak hanya digunakan menerima tamu, tapi tempat untuk ‘mebat’ atau mengolah bumbu masakan.

Seiring berjalannya waktu, Kardi menuturkan, semakin banyak kelompok warga yang membuat bale sakanem untuk kebutuhan anggotanya, seperti keluarga besarnya sendiri.

Kardi merupakan generasi keempat perantauan asal Desa Pidpid, Kabupaten Karangasem. Pasangan kakek
-nenek buyutnya itu telah menghasilkan keturunan hingga menjadi keluarga besar saat ini.

Karenanya, keluarga besar Kardi bakal terus membuat bale sakanem untuk mengantisipasi acara keluarga besar yang berbenturan.

“Sekarang kami baru punya dua bale. Siapa tahu ke depan acaranya bisa berbarengan antar-keluarga, makanya perlu disiapkan, antisipasi,” pungkas Kardi.

BACA JUGA:  100 Nelayan Muntig Siokan Ikuti Pelatihan Keselamatan di Pantai Sidakarya

Warga lainnya, I Wayan Manis juga memanfaatkan sakanem saat pesta pernikahan anaknya.

Mengingat acaranya cukup besar, dia sampai menggunakan empat buah bale sakenem sebagai tempat menerima tamu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *