Ayu Kristi Tekankan Peran Strategis Bunda PAUD dalam Wajib Belajar 13 Tahun

WhatsApp Image 2025-10-09 at 14.48.25
Penguatan Peran Bunda PAUD Dalam Implementasi Wajib Belajar 13 Tahun dan 1 Tahun Pra Sekolah di Hotel Plago Jimbaran, Rabu (9/10).

Denpasar, diaribali.com

Ketua Kelompok Kerja Bunda PAUD Kota Denpasar, Ny. Ayu Kristi Arya Wibawa, menegaskan pentingnya peran Bunda PAUD sebagai motor penggerak pendidikan anak usia dini di daerah. Penegasan ini disampaikan saat menghadiri acara “Penguatan Peran Bunda PAUD dalam Implementasi Wajib Belajar 13 Tahun dan 1 Tahun Pra Sekolah” di Hotel Plago, Jimbaran, Rabu (9/10).

 

Kegiatan yang digagas oleh Bunda PAUD Provinsi Bali ini menghimpun ratusan peserta dari seluruh Bali. Hadir di antaranya para Bunda PAUD kabupaten/kota, 57 Bunda PAUD kecamatan, 27 pendamping Bunda PAUD, serta tamu undangan dari berbagai instansi terkait.

 

Acara dibuka oleh Kepala Balai Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP) Provinsi Bali, I Made Alit Dwitama. Hadir pula Prof. Vina Adriany, Direktur SEAMEO CECCEP Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah RI — organisasi regional ASEAN yang fokus pada pendidikan anak usia dini.

 

Dalam sambutannya, Ayu Kristi menyampaikan bahwa Bunda PAUD memiliki tanggung jawab ganda: sebagai penggerak dan penghubung antara kebijakan pendidikan dan realitas sosial di tingkat akar rumput.

 

“Sebagai pelopor PAUD di daerahnya, Bunda PAUD mengemban peran koordinatif dan fasilitatif. Tugas utamanya adalah memastikan penyelenggaraan PAUD berjalan optimal, sekaligus membangkitkan partisipasi masyarakat,” tegas Ayu Kristi.

 

Ia juga menambahkan bahwa dengan penguatan peran ini, Bunda PAUD diharapkan mampu mendorong implementasi wajib belajar 13 tahun dan memastikan anak-anak mengikuti satu tahun pra sekolah sebelum masuk pendidikan dasar.

 

“Tujuan akhirnya adalah mempersiapkan generasi yang matang sejak dini bukan hanya cerdas, tapi juga berkarakter,” ujarnya.

 

Sementara itu, Kepala BPMP Bali, I Made Alit Dwitama, mengingatkan bahwa PAUD adalah fase emas perkembangan anak yang krusial, namun masih menghadapi berbagai tantangan di lapangan.

 

“Kita masih menghadapi masalah akses di daerah terpencil, serta kualitas dan kuantitas guru yang belum merata. PAUD yang ideal harus didukung oleh sarana bermain yang edukatif dan aman bagi tumbuh kembang anak,” ungkap Alit.

 

Ia menekankan pentingnya sinergi antara Bunda PAUD, orang tua, dan pemangku kepentingan lainnya agar program PAUD tak sekadar formalitas, tetapi benar-benar menjangkau anak-anak di seluruh pelosok Bali.

 

Lebih jauh, Alit berharap kehadiran SEAMEO CECCEP membawa dampak langsung bagi peningkatan kapasitas para Bunda PAUD di Bali. Melalui paparan dan diskusi langsung dengan para pakar dari ASEAN, peserta diharapkan memperoleh pemahaman menyeluruh mengenai model-model PAUD unggulan yang bisa diadopsi dan disesuaikan dengan kearifan lokal.

 

“Kita ingin PAUD tak hanya tersedia, tapi juga berkualitas. Dan itu hanya bisa terwujud jika seluruh ekosistem pendidikan anak usia dini saling terhubung dan saling menguatkan,” tandas Alit.

 

Acara ini menjadi momentum strategis mempertegas arah baru pendidikan PAUD di Bali: dari program pelengkap menjadi pondasi utama dalam pembangunan sumber daya manusia sejak usia dini. (db)