Angkat Disertasi UMKM, Dyah Permatha Korry Raih Doktor Manajemen

1000111924
Dr. Putu Dyah Permatha Korry, SE., MM., (lima dari kiri ) bersama Ketua Perdiknas Dr. AAN Eddy Supriyadinata Gorda dan rekan sejawatnya.

DENPASAR, diaribali.com – Putu Dyah Permatha Korry, SE., MM., berhak menyandang gelar Doktor (Dr) Bidang Ilmu Manajemen setelah menuntaskan studi S3-nya pada Program Studi Program Doktor Ilmu Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya, Malang. Dia menempuh pendidikan S3 selama 3,5 tahun.

Dengan demikian, Dyah Korry tercatat sebagai doktor ke-41 yang dimiliki Universitas Pendidikan Nasional (Undiknas) Denpasar. Hal ini sejalan dengan visi Rektor Undiknas yang ingin mempercepat akselerasi kualifikasi dosen-dosennya.

Dyah Korry mengangkat disertasi berjudul “Pengaruh Modal Kewirausahan Terhadap Keunggulan Bersaing Berkelanjutan: Peran Mediasi Ketahanan Pengusaha dan Kemampuan Kolaborasi dan Moderasi Nilai Tri Hita Karana. (Studi Pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah Tenun di Bali)”.

Ujian terbuka dan promosi doktor berlangsung di Universitas Brawijaya, Malang, Selasa (19/3). Dyah Korry dipromotori oleh Prof. Dr. Armanu, SE., M.Sc. Didampingi Dr. Sudjatno, SE., MS dan Risna Wijayanti, SE., MM., Ph.D., CFP., sebagai Ko-Promotor I dan II.

Sedangkan dewan penguji, di antaranya; Prof. Dr. Moeljadi, SE., SU., M.Sc., CFP., Prof. Dr. Ubud Salim, SE., MA., CPHR., Prof. Ananda Sabil Hussein, SE., M.Com., Ph.D., ditambah penguji eksternal Prof. Dr. Tjokorda Gde Raka Sukawati, SE., MM., serta Dr. I. Wayan Ekadina, SE, M.Si.

Srikandi yang bergabung sebagai dosen Undiknas tahun 2015 ini, menjelaskan, ketertarikannya meneliti Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), karena UMKM memegang peranan penting dalam perekonomian di Indonesia. UMKM berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi yang inklusif karena UMKM di Indonesia memiliki pangsa pasar terbesar yang mencapai 99% dari total keseluruhan pelaku usaha di Indonesia.

BACA JUGA:  Unud Kukuhkan 12 Guru Besar, Rektor: Total Ada 230 Kedepan Terus Bertambah

Meski demikian, kata dia, literatur menunjukkan, walaupun memiliki peran yang cukup signifikan, sebagian besar UMKM mengalami kegagalan di tahun awal usahanya dan hanya sedikit yang berhasil bertahan. Kementrian KoperasiUMKM menyatakan bahwa umur usaha UMKM di Indonesia rata-rata dibawah 6 tahun.

Pemberdayaan UMKM menghadapi berbagai tantangan baik dari sisi internal maupun dari sisi eksternal.
Sementara, fenomena yang terjadi di Bali, UMKM merupakan salah satu sektor pendukung bagi pariwisata Bali.

Perkembangan sektor pariwisata sangat memengaruhi sektor lainnya seperti perdagangan, akomodasi, sektor pertanian dan lainnya untuk memenuhi kebutuhan pariwisata, kebanyakan sektor pendukung pariwisata di Bali berupa usaha kecil dan menengah yang dikelola oleh masyarakat Bali.

Sedangkan disisi lain, lanjutnya, sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang sangat rentan terhadap perubahan dan turbulensi lingkungan seperti krisis ekonomi global, bencana alam, ancaman terorisme, isu sensitive berupa isu SARA dan sebagainya akan sangat berdampak terhadap kunjungan wisatawan.

“Ketergantungan yang sangat tinggi terhadap sektor pariwisata membuat UMKM di Bali sangat rentan terhadap turbulensi lingkungan, karena naik turunnya tingkat kunjungan wisatawan akan berdampak terhadap keberlangsungan UMKM di Bali,” ujarnya.

Lebih lanjut, kaya Dyah Permatha Korry, pengaruh budaya memegang peranan penting bagi pengembangan perilaku pengusaha UMKM, terutama bagi pengusaha yang menjalankan usahanya di daerah yang memiliki budaya yang sangat kental dengan kehidupan sehari-hari seperti di Bali.

BACA JUGA:  Baksos FH UNR Dirangkai Penyuluhan Antikorupsi dan Dukungan Karya Agung Desa Wanasari hingga Program RPL

Salah satu filosofi budaya Bali yang berpengaruh pada kehidupan masyarakat Bali yaitu Tri Hita Karana yang memandang pentingnya hubungan antara manusia dengan sesamanya, hubungan spiritual dan juga hubungan dengan lingkungannya.

“Penelitian ini menawarkan filosofi Tri Hita Karana sebagai variabel moderasi untuk mengkaji lebih mendalam dampak dari penerapan filosofi Tri Hita Karana pada proses pembelajaran sosial yang akhirnya membentuk perilaku pengusaha yang berpengaruh pada kemampuannya dalam mencapai keunggulan bersaing berkelanjutan pada UMKM di Bali,” jelasnya.

Hasil risetnya menyatakan bahwa, nilai kearifan lokal Tri Hita Karana mampu memperkuat ketahanan pengusaha untuk mencapai keunggulan bersaing berkelanjutan.

Pengusaha yang mampu memahami dan mengimplementasikan nilai kearifan lokal akan membentuk perilakunya sesuai dengan norma sosial yang berkembang di lingkungan sosialnya.

Ketua Perkumpulan Pendidikan Nasional atau Perdiknas, badan hukum penyelenggara pendidikan Undiknas, Dr. AAN Eddy Supriyadinata Gorda, memuji capaian Dyah Korry. Ia menyebut Dyah Korry dosen yang menyeimbangkan kenyamanan pribadi dan institusi.

Pihaknya menggelontorkan bantuan kepada setiap dosen yang melanjutkan pendidikan S3 selama empat tahun. Namun Dyah Korry berhasil menyelesaikannya selama 3,5 tahun. Sisa waktu enam bulan tetap dibayar oleh Perdiknas.

“Bu Korry bergabung 8 tahun lalu. Peraturan internal kami, selama dosen punya waktu 20 tahun menembus guru besar. Kalau tidak, maka masuk kotak merah. Saya optimis dengan Bu Korry dengan sisa waktu 12 tahun,” kata Gung Eddy, sapaannya.

BACA JUGA:  Pemkot Denpasar Dukung Gelaran "Pesta" Sisma Denpasar

Lebih lanjut, presentase doktor di Undiknas tergolong baik. Undiknas telah memiliki 41 doktor dan 31 orang sedang menempuh studi. rl