Anak Yatim-piatu yang Gemar Berbagi

Pembina Yayasan Pendidikan Dharma Sunu Mandare I Made Suarta menyerahkan bantuan paket kebutuhan pokok untuk warga Banjar Lantang Bejuh dan Dukuh Sari, Sesetan, Sabtu (9/4/2021).

DENPASAR-DiariBali

“Matur suksema Pak De,” ucap Ni Ketut Sumiarsih, sembari berlalu meninggalkan halaman PG/TK Lingga Murti School, Jalan Gurita I, Kelurahan Sesetan, Denpasar. Tangan kanannya yang mulai mengeriput terlihat menenteng bahan kebutuhan pokok berbungkus tas berwarna merah.

Pak De yang dimaksud Sumiarsih tidak lain adalah I Made Suarta, Pembina Yayasan Pendidikan Dharma Sunu Mandare. Berbagi kebutuhan pokok sebelum hari raya Galungan dan Kuningan sudah menjadi tradisi sejak dua tahun terakhir yayasan yang menaungi PG/TK Lingga Murti dan SD Tri Murti.

Pagi itu, Sabtu (9/4/2021), sebanyak 228 kepala keluarga pra sejahtera dari Banjar Lantang Bejuh dan Dukuh Sari, Sesetan, diberikan bantuan paket kebutuhan pokok oleh Yayasan Pendidikan Dharma Sunu Mandare.

Kepedulian sosial semacam ini juga intens dilakukan sejak pandemi Covid-19 mewabah di Pulau Dewata. Tidak ada tujuan pamrih setahi kuku sekali pun dari bakti sosial ini. Juga tidak ada afiliasi dengan partai politik tertentu. “Ini murni bentuk kepedulian kami kepada warga,” kata Suarta, di sela kegiatan.

Untuk menghindari klaster baru penularan Covid-19, pembagian bantuan diatur secara bergiliran yang dikomando kepala lingkungan masing-masing. Setiap warga yang akan menerima bantuan, harus menyerahkan lembar kupon terlebih dahulu. Satpam yang berjaga di pintu depan mewajibkan penerima mencuci tangan dan memakai masker.

Dengan suara lembut dibantu pengeras suara, Suarta yang juga Rektor Universitas PGRI Mahadewa Indonesia ini menyapa kehadiran warga satu per satu. Sesekali matanya tampak sembab. Ini bukan kesedihan, tapi rasa haru yang terlampau. Bagaimana mungkin Suarta kecil yang miskin dan yatim piatu, menjelma sebagai sosok dermawan di tanah kelahirannya?

“Andai kedua orangtua saya masih hidup, betapa bangganya beliau berdua,” katanya. Menurut pemilik sapaan karib De Su ini, Yayasan Pendidikan Dharma Sunu adalah persembahannya kepada kedua mendiang orangtuanya.

Dharma Sunu mengandung makna kewajiban anak kepada orangtua. Sedangkan Mandare merupakan bentuk akronim dari nama kedua orangtuanya, Nyoman Buda (ayah) dan Nyoman Rening (ibu). Suarta sangat merindukan kedua guru rupakanya itu. Apalagi sang ayah yang meninggalkan Suarta saat balita.

April, di mata Suarta menjadi bulan paling berkesan. Tepat tanggal 23 April 1983 sang ibunda Nyoman Rening pergi untuk selamanya. Meski peristiwa paling memilukan dalam hidupnya itu sudah 38 tahun berlalu, namun selalu segar dalam ingatannya, apalagi sosok yang dipanggil “Meme” oleh anak-anak menghembuskan nafas terakhir di pelukan Suarta muda.

“Jadi bakti sosial (pemberian kebutuhan pokok) ini sekaligus memperingati tiga momen. Pertama, ulang tahun yayasan, perayaan Galungan, serta mengenang kepergian ibu saya,” jelas Suarta.

Penyerahan paket kebutuhan pokok juga dihadiri keuta yayasan dan jajaran, pimpinan dan karyawan Koperasi Coblong Pamor, pinanan dan karyawan Klink Rama, serta keluarga besar Suarta. Ke depan, ia bertekad, seluruh unit usaha keluarganya semakin komit membantu masyarakat. Red

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *