Akademisi UNR Bantu Perajin VCO Atasi Hambatan Usaha

Akademisi UNR Bantu Perajin VCO Atasi Hambatan Laju Usaha

BADUNG, diaribali.com-Kunjungan Kelompok VI Kuliah Aplikatif Terpadu (KAT) Universitas Ngurah Rai (UNR), diterima langsung oleh Mangku Gotra, perajin minyak kelapa tradisional di kediamannya, Banjar Taman, Darmasaba, Sabtu (19/11/2022).

Dosen Pembimbing Kelompok VI KAT UNR sekaligus Ketua Pengusul pengabdian masyarakat di Desa Darmasaba Ir. Made Mariada Rijasa, ST., MT., IPM., menjelaskan, kehadiran pihaknya selama dua bulan dengan puluhan mahasiswa dari multi disiplin ilmu bertujuan membantu masyarakat, terutama terkait “Pengembangan Jalan Usaha Tani dan DAM Tanah Putih sebagai Ekowisata di Desa Darmasaba.

Di luar tema proposal usulan tersebut, kata Mariada, mensuport UMKM khususnya pengolahan minyak kelapa juga perlu dilakukan agar kebermanfaatan KAT ini dirasakan langsung oleh masyarakat.

Setelah mendengarkan paparan nara sumber Nyoman Ariana, serta melihat praktik langsung pengolahan VCO di rumah Mangku Gotra, pihaknya telah memetakan sejumlah kendala yang menghambat laju usaha tersebut.

“Masalahnya cukup kompleks, terutama di sisi pemasaran. Karena itu kami juga ajak orang yang berkompeten di bidang marketing digital yakni Pak Dedi Suardika,” kata Mariada didampingi anggota dosen pembimbing, Ni Putu Silvi, ST., M.T., I Gusti Agung Prabandari Tri Putri, SE., MM., Cokorda Istri Agung Vera Nindia Putri, SE., MM., serta Ni Putu Ari Setyaningsih, SH., MH.

Dari kaca mata akademisi, Mariada mengungkapkan, mesti ada standarisasi kualitas VCO melalui uji laboratorium. Hal ini dimaksudkan agar kualitas dan harga VCO merata di seluruh perajin.

BACA JUGA:  Pembukaan Denfest ke-17 Akan Berlangsung Spektakuler, Walikota Jaya Negara Tinjau Persiapan

“Saya amati tadi, kualitas VCO bisa berbeda tergantung tangan yang membuat dan alat yang digunakan. Ini harus kita buatkan standarisasi. Penting itu,” ujarnya.

Sebelumnya, praktisi VCO Nyoman Ariana mengatakan, VCO merupakan minyak “ajaib” yang bisa mengobati segala macam penyakit. Namun yang diolah secara tradisional VCO memiliki nilai-nilai filosofis yang sulit dijelaskan dengan nalar, sehingga VCO disebut juga minyak “metaksu”.

Perbedaan antara VCO pabrikan dengan tradisional sangat banyak. Pertama, dari sisi waktu pembuatan, yang tradisional memilih hari baik, momohon anugerah kepada Sang Hyang Surya Candra, doa khusus serta ada proses transfer energi sang pembuat ke bahan baku.

“Inilah yang membuat setiap VCO tradisional taksunya berbeda-beda. Meski proses pembuatannya sama,” jelas Ariana yang diundang sebagai nara sumber.

Terlepas dari faktor tersebut, Ariana menjamin bahwa kualitas VCO dari kelapa Bali tetap yang terbaik di banding daerah lain. Sebab, dari hasil penelitian kelapa Bali mengandung asam laurat lebih dari 50 persen. Hal ini disebabkan tanah Bali didominasi tanah vulkanik, terutama di Kabupaten Karangasem.

Ia berharap seluruh dosen dan mahasiswa Kelompok VI KAT UNR mampu membantu UMKM VCO ini dari segala sisi sesuai bidang keilmuannya. Misalnya dari fakultas hukum mengurus perijinan, dari fakultas sains dan teknologi di peralatan, ekonomi di pemasaran dan sebagainya.

Sementara itu, Mangku Gotra mengaku sejak kecil sudah menekuni bidang pengolahan kelapa di rumahnya.

BACA JUGA:  JMSI Audiensi dengan Dirut BPD Bali, Bangun Komunikasi dan Sinergi

“Saya memang hobi membuat minyak kelapa sejak kecil sampai sekarang. Konsisten,” kata Mangku Gotra di kediamannya, di sela menerima kunjungan KAT UNR.

Puluhan tahun menggeluti bidang ini, tampaknya tidak menjamin kesejahteraan keluarganya. Buktinya, ia masih mencari pekerjaan sampingan demi menutupi kebutuhan hidup. Asanya sempat membungbung ketika VCO laris manis di pasaran. Namun tantangan yang dihadapi tidak mudah.

“Banyak masyarakat yang belum teredukasi tentang manfaat VCO. Kemudian harga kelapa yang fluktuatif, persaingan ketat dan kualitas masing-masing VCO berbeda,” jelasnya.

Dengan kehadiran Sivitas Akademika UNR, dirinya berharap lahir sebuah solusi terutama di bidang pemasaran sehingga para pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) minyak tradisional di desanya semakin maju. rl