BI Bali Bidik Lompatan Ekonomi

IMG-20251202-WA0154
Sekda Dewa Made Indra (kiri ) Erwin Soeradimadja (kanan)

Denpasar,diaribali.com —
Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) Bali 2025 menjadi panggung evaluasi sekaligus penegasan arah baru ekonomi Bali. Di tengah klaim ketangguhan ekonomi nasional, BI menyoroti pentingnya eksekusi cepat, sinergi kuat, dan diversifikasi ekonomi untuk memastikan pertumbuhan Bali melaju lebih tinggi dan berdaya tahan.

Presiden Joko Wid— eh, Presiden Prabowo Subianto, dalam PTBI Nasional 28 November lalu, mengingatkan bahwa rangkaian kebijakan yang dirumuskan tak lagi cukup. Yang dibutuhkan kini, tegasnya, adalah eksekusi.

“Sekarang adalah execution… how to bring solution as fast as possible to the people,” ujar Prabowo. Ia memuji langkah BI namun mengingatkan masih banyak tantangan yang harus dijawab, terutama di tengah ketidakpastian global.

Senada, Gubernur BI Perry Warjiyo memaparkan arah kebijakan 2026 yang “pro-stability dan pro-growth”. BI mengandalkan bauran kebijakan: moneter ketat terukur, pelonggaran makroprudensial, percepatan digitalisasi, pendalaman pasar keuangan, hingga dukungan pembiayaan hilirisasi. Lima fokus utama kembali ditegaskan: stabilitas makro, transformasi industri, pembiayaan, ekonomi digital, dan kerja sama internasional.

Bali Tumbuh, Tapi Penopangnya Harus Diperbanyak

Kepala Perwakilan BI Bali Erwin Soeradimadja memproyeksikan ekonomi Bali tumbuh di kisaran 5,0–5,8% pada 2025, dan terus menguat ke 5,6–6,4% pada 2027. Selain pariwisata, ada tiga sektor yang mulai naik kelas menjadi new heroes: pertanian, ekonomi kreatif, dan investasi.

Inflasi juga diprediksi tetap berada dalam rentang sasaran 2,5% ±1% sepanjang 2025–2027, sejalan dengan solidnya Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID). Intermediasi perbankan terjaga, digitalisasi ekonomi makin meluas.

Namun di balik optimisme itu, BI menyoroti tiga batu sandungan yang belum teratasi:
Percepatan pariwisata berkualitas yang belum sepenuhnya terwujud.
Kontribusi sektor unggulan non-pariwisata yang masih kecil.
Tantangan pertumbuhan berkelanjutan, khususnya dari sisi inklusi keuangan dan digitalisasi yang belum merata.

Untuk menjawab tantangan tersebut, BI Bali mengusung strategi Panca Kerthi, yaitu:
memperkuat sektor unggulan non-pariwisata, mempercepat terwujudnya pariwisata berkualitas, menjaga inflasi dan daya beli, memperluas akses pembiayaan inklusif, dan mempercepat digitalisasi sistem pembayaran.

“Sinergi hari ini bukan hanya kunci, tapi juga investasi bagi masa depan ekonomi Bali,” tegas Erwin.

Sekretaris Daerah Bali Dewa Made Indra, mewakili Gubernur, menyatakan Pemprov Bali berkomitmen menyesuaikan arah pembangunan ekonomi dengan dinamika global dan nasional, tetap berpijak pada Tri Hita Karana.

Ia menegaskan makna tema PTBI 2025: tangguh berarti kemampuan menghadapi guncangan, sementara mandiri berarti mengurangi ketergantungan Bali pada daerah lain—khususnya dalam pemenuhan pangan dan bahan baku.

“Pertumbuhan Bali harus berefek langsung, jangan hanya naik di angka, tapi turun hingga ke masyarakat,” kata Dewa Indra.

PTBI Bali 2025 ditutup dengan penganugerahan Bali Kertha Bhuana kepada 12 mitra strategis. BI juga mengumumkan pemenang Pasar Rakyat Go Digital, program yang mendorong digitalisasi pasar tradisional dan peningkatan akses pembiayaan.

KPw BI Bali turut menyerahkan Kajian Daya Dukung Pariwisata Bali (Carrying Capacity) kepada Pemprov Bali. Kajian ini disiapkan bersama Politeknik Pariwisata Bali dan akan menjadi pijakan penting dalam merumuskan arah Quality Tourism Bali ke depan—membatasi jumlah, memperbesar nilai tambah.(Art)