WHDI Denpasar Giatkan Pelatihan Banten Otonan

Denpasar, diaribali.com
Di tengah arus modernisasi yang terus menggerus nilai-nilai kearifan lokal, Wanita Hindu Dharma Indonesia (WHDI) Kota Denpasar menunjukkan langkah konkret untuk melestarikan tradisi. Bertempat di Balai Banjar Lantang Bejuh, Kelurahan Sesetan, Sabtu, (4/10) WHDI bekerja sama dengan Pemerintah Kota Denpasar menggelar pelatihan pembuatan Banten Otonan Ayaban Tumpeng Pitu bagi para perempuan Hindu.
Kegiatan ini diikuti puluhan ibu-ibu dari kelompok PKK setempat dengan antusias tinggi. Hadir secara langsung Penasihat WHDI Kota Denpasar yang juga Ketua Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kota Denpasar, Ny. Ida Ayu Widnyani Wiradana, serta Ketua TP PKK Kecamatan Denpasar Selatan, Ny. Ida Ayu Alit Maharatni Purwanasara.
“Pelatihan ini bukan sekadar mengajarkan cara membuat banten. Lebih dari itu, ini adalah upaya pewarisan nilai dan filosofi agama Hindu kepada generasi masa kini,” ujar Ny. Widnyani Wiradana saat membuka acara.
Menurutnya, Banten Otonan Ayaban Tumpeng Pitu memiliki peran penting dalam ritual otonan hari kelahiran menurut kalender Bali yang diperingati setiap enam bulan sekali. Oleh karena itu, kemampuan membuat banten secara mandiri menjadi keterampilan esensial bagi perempuan Hindu di Bali.
“Dengan bimbingan narasumber berpengalaman dari WHDI, para peserta tidak hanya diajarkan teknis pembuatan, tapi juga memahami filosofi yang terkandung di dalamnya sesuai dengan sastra agama Hindu,” imbuhnya.
Narasumber dari WHDI Denpasar, Ni Wayan Sukerti, memaparkan secara rinci unsur-unsur dalam Banten Otonan Ayaban Tumpeng Pitu. Di antaranya adalah ulun banten seperti Pejati, Gebogan, Pengambean, Peras Soda, dan Dapetan Pokok. Komponen lainnya meliputi sesayut (Pebersihan, Sida Purna, Pageh Urip), Tebasan Pemiak Kala, serta Segehan Manca Warna, Bayakaonan, dan Prayascita.
“Setiap komponen memiliki makna yang mendalam. Kami menjelaskan secara detail filosofi dan tata cara aplikasinya dalam upacara otonan,” jelas Sukerti.
Ia menambahkan, pelatihan ini merupakan program tahunan WHDI Denpasar yang tidak hanya bertujuan sebagai sarana edukasi, tetapi juga ruang dialog dan pertukaran pengetahuan antar generasi.
Pelatihan ini mendapat respons positif dari warga. Salah satunya disampaikan oleh Luh Antini, peserta dari Banjar Lantang Bejuh.
“Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi kami. Di Bali, kehidupan sehari-hari tak bisa dilepaskan dari kegiatan keagamaan. Dengan pelatihan ini, kami jadi lebih percaya diri membuat banten sendiri di rumah,” ujarnya.
Melalui kegiatan ini, WHDI Denpasar tak sekadar mengajarkan keterampilan, tapi juga menegaskan posisi perempuan Hindu sebagai penjaga tradisi dan nilai spiritual dalam masyarakat Bali. (db)