Sarabagita ‘Suntik’ Rp 56,3 M untuk Transportasi Publik Metro Dewata

IMG-20250904-WA0150
Gubernur Bali Wayan Koster (tengah) dan Bupati/Wali Kota (Sarbagita) usai Penandatangan Kerja Sama Transportasi Publik Metro Dewata, Kamis (4/9).

Denpasar,diaribali.com
Empat Kepala Daerah yakni Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan (Sarbagita) siap memberikan suntikan dana untuk penyelenggaraan Transportasi Angkutan Umum Perkotaan Trans Metro Dewata di Kawasan  Sarbagita.  Hal tersebut dikuatkan dengan  menandatangani perjanjian kerja sama antara Gubernur Bali Wayan Koster dan  Pemerintah Kabupaten/ Kota, berlangsung  di Jaya Sabha Denpasar, Kamis (4/6).

“Penandatanganan kerja sama ini dilakukan supaya dalam menyusun APBD 2026 ada payung hukumnya. Pada tahun 2025 ini sudah berjalan tapi hanya 9 bulan dari bulan April hingga Desember. Sedangkan untuk tahun 2026 full alokasinya,” kata Koster saat menandatangani perjanjian kerja sama dengan empat Bupati/Wali Kota Sarbagita tersebut.

Diketahui untuk tahun anggaran 2026, pembiayaan transportasi umum Trans Metro Dewata dianggarkan sebesar Rp 56,3 Milyar dimana 30 persennya atau Rp 16,9 milyar dianggarkan oleh Pemerintah Provinsi Bali sementara 70 persennya atau Rp 39,4 Milyar dianggarkan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota.
“Kabupaten Badung Rp 16,6 Milyar, Denpasar 15,8 Milyar, Gianyar 5,3 Milyar dan Tabanan 1,6 Milyar,” jelas Koster.

Pembagian persentase kabupaten/Kota disesuaikan dengan panjang lintasan dan proporsional layanan Trans Metro Dewata berdasarkan Kabupaten/Kota.

Gubernur  Koster menyampaikan bahwa penandatangan tersebut baru merupakan pagu anggaran saja. Untuk realisasinya akan menunggu hasil evaluasi dari tim sehingga penganggaran dapat dijalankan dengan lebih efektif dan efisien.

“Kalau kita lihat maksimum keterisian Trans Metro Dewata hanya 37 persen padahal menurut kriteria bank dunia rata-rata harus 50-60 persen. Jadi masih rendah sekali. Kita akan evaluasi faktor dan penyebabnya,” imbuh Koster.

Terlepas dari hal itu, Wayan Koster menyampaikan bahwa ia akan terus berkomitmen mendukung penyelenggaraan transportasi publik di Provinsi Bali secara berkelanjutan. Ia menjelaskan memang tidak mudah untuk mengedukasi dan mengubah kebiasaan masyarakat untuk beralih ke Transportasi Publik.

“Kita tidak bisa cepat-cepat menyadarkan masyarakat. Tidak mudah apalagi di Bali jalur jalannya pendek dan sempit. Masyarakat banyak yang lebih suka menggunakan sepeda motor,” jelasnya.

Koster menyampaikan bahwa pemerintah harus dapat menyeimbangkan antara kepentingan masyarakat/publik dengan alokasi anggaran yang diperlukan sehingga pemerintahan dapat berjalan dengan baik, efektif dan efisien.(Art)