2022, BKKBN Komitmen Tekan Angka Stunting di Bali

1
dr. Ni Luh Gede Sukardiasih, M.For., MARS.

DENPASAR-DiariBali

Berdasarkan data Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) pada tahun 2019, prevelensi stunting di Indonesia mencapai 27,7%. Artinya, sekitar satu dari empat anak balita (lebih dari delapan juta anak) di Indonesia mengalami stunting.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) memiliki peran besar dalam menurunkan angka stunting melalui masing-masing perwakikan di tiap provinsi. Sebab, BKKBN diitunjuk sebagai ketua koordinator percepatan penurunan stunting di Indonesia.

Di BKKBN Perwakilan Bali yang dipimpin dr. Ni Luh Gede Sukardiasih, M.For., MARS., komit menurunkan angka stunting yang saat ini jumlahnya 14 persen di Pulau Dewata. Salah satu upaya yang dilakukan tahun 2022 ini dengan pembentukan Tim Pendamping Keluarga (TPK).

Tim Pendamping Keluarga terdiri dari Bidan di Desa, Kader PKK dan Kader KB yang bertugas untuk melakukan pendampingan terhadap keluarga yang memiliki calon pengantin/calon pasangan usia subur, ibu hamil, ibu bersalin, ibu pasca persalinan, anak usia dibawah 5 tahun (balita), dalam rangka deteksi dini faktor risiko stunting dan melakukan upaya untuk meminimalisir atau pencegahan faktor risiko stunting.

Ditemui di sela ramah tamah akhir tahun di kantor BKKBN Bali, Denpasar, Jumat (31/12/2021), Sukardiasih mengaku hal pertama yang ia lakukan adalah membangun soliditas tim. Ia yang baru tiga bulan menjabat kepala perwakilan ini memanfaatkan momentum tutup tahun 2021 dengan kegiatan ramah tamah.

BACA JUGA:  Survei: Setiap Orang Bali Rutin Menggosok Gigi, Tapi Waktunya Kurang Tepat

Dokter yang sempat melalangbuana di Timor Timur (sekarang Timor Leste) menambahkan, sengaja mengemas ramah tamah dengan lomba menyanyi. Pesertanya merupakan perwakilan dari semua bidang, bahkan hingga staf kebersihan dan satpam.

“Tujuan kami agar lebih solid lagi, tanpa memandang jabatan mereka apa di kantor ini. Juga status pegawai negeri atau kontrak. Kita di sini satu keluarga besar. Kita super team nggak ada super man,” kata Sukardiasih.

Sebagai keluarga besar, jelas dia, visi misi kerja harus searah seperti sapu lidi. Bukan sebaliknya seperti pohon bambu yang roboh ke berbagai arah. “Sebagai pekerja yang dibayar dengan uang rakyat, kita harus bekerja maksimal. Jangan suka ngeluh. Apalagi memandang rezeki hanya duit. Kita sehat, anak-anak nggak pakai narkoba pun sudah rezeki besar namanya,” sentilnya.

Lebih lanjut, ia meminta jajarannya memanfaatkan tahun baru dengan bekerja lebih ekstra untuk menyukseskan target pemerintah. Menurutnya, tahun baru hanya sebatas pergantian angka jika tidak diimplementasikan dengan kerja keras. ZOR