dr. Ni Luh Gede Sukardiasih, M.For., MARS.

Bekerja dengan Hati

Bagikan

DENPASAR-DiariBali
“Apa pun pekerjaan anda, pasti ujung-ujungnya untuk masyarakat,” kata dr. Ni Luh Gede Sukardiasih, M.For., MARS., ditemui di Denpasar, Rabu (3/11). Sukardiasih dipercaya mengemban amanah sebagai Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Perwakilan Provinsi Bali setelah Agus Putro Proklamasi memasuki masa purnabakti, September 2021 lalu.
Bagi perempuan kelahiran 27 Desember 1966 ini, mutasi adalah hal yang biasa sebagai abdi negara. Asam-garam penugasan telah ia lalui usai menamatkan pendidikan kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana pada 1992. Ia mengawali karir sebagai dokter berstatus Pegawai Tidak Tetap (PTT) di Puskesmas Manatuto Timor-Timur (Sekarang Negara Timor Leste-red).
Sukardiasih mengawali karir sebagai tenaga kesehatan di bawah kecaman situasi politik yang tak menentu saat itu. Beberapa tahun di Puskesmas Manatuto, ia dimutasi ke Kota Dili, Timor-Timur (Tim-Tim) sebagai dokter untuk pasien tahanan politik. “Awalnya saya ngeri-ngeri di sana (Tim-Tim). Bagaimana kita berada di dalam keterbatasan. Jam enam sore sudah dilarang ke luar rumah, situasi kemanan mencekam, alat-alat kesehatan sangat terbatas, belum lagi menghadapi orang-orang dengan kultur berbeda dengan Bali,” kenangnya.
Enam tahun mengabdi di Tim-Tim, alumnus SMAN 2 Tabanan ini perlahan-lahan mulai berbaur dengan kultur masyarakat setempat. Apalagi setelah ia sering terlibat obrolan ringan dengan nara pidana politik. Berbeda saat awal di sana, jantungnya beberapa kali hampir copot mendengar nada percakapan penduduk setempat. “Padahal mereka ngobrol biasa, tapi bagi saya seperti membentak. Belum lagi mereka nunjuk pakai kaki. Saya sadar itu adalah kebiasaan mereka. Saya lah yang harus beradaptasi,” imbuh dia.
Memasuki tahun 1998, tanah kelahirannya memanggil. Sukardiasih dimutasi menjadi Kasi Pemberantasan Penyakit Menular pada Dinas Kesehatan Kabupaten Tabanan. Karirnya terus berlanjut antar-puskesmas di daerah berjuluk “Lumbung Padi” tersebut. Karirnya kian moncer hingga dipercaya menjabat Wakil Direktur Rumah Sakit Tabanan Bidang Pelayanan dan Pengendalian Mutu sekaligus Ketua TIM ISO 9001:2015.
Anak petani ini selanjutnya pada pertengahan tahun 2020 memenangkan seleksi terbuka jabatan Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (PPKB) Kabupaten Tabanan. Banyak yang menduga karirnya bakal mentok di sini. Namun, tekad pengabdian yang kuat disertai keinginan meningkatkan kompetensi diri mengatarkannya sukses menduduki Kepala BKKBN Perwakilan Bali. Ia telah dilantik oleh Kepala BKKBN Hasto Wardoyo, Senin 10 Oktober 2021, lalu.
Sukardiasih mengaku menutup telinga dan memejamkan mata terhadap oknum-oknum yang tidak sejalan dengan pilihan karirnya saat ini. “Kita bekerja sebagai abdi negara itu bukan tempat nyari duit. Kalau mau duit melimpah dan kaya cepat mending bikin usaha. Tujuan saya kan meningkatkan kompetensi, mengabdi untuk masyarakat yang lebih luas lagi. Masa sih harus di zona nyaman tingkat kabupaten melulu,” katanya.
Melihat track record-nya dari masa SD hingga SMA, Sukardiasih tercatat sebagai langganan bintang kelas. Dengan segudang kesibukannya, dia menyempatkan diri kuliah strata dua atau magister, bahkan untuk dua program studi berbeda. Dan, dia sukses menuntaskan pendidikan magisternya. Dari sini terlihat bagaimana kegigihannya dalam meningkatkan kapasitas dirinya.
Terkait jabatan barunya ini, ia mengungkapkan program kerja pada 100 hari pertamanya. “Visinya ada dua, keluarga berkualitas dan penduduk tumbuh seimbang. Di Bali, penduduk tumbuh seimbang sudah tercapai, kita ingin untuk keluarga berkualitas,” ujarnya.
Sukardiasih menuturkan, banyak hal yang bisa kita lakukan untuk menghasilkan generasi yang berkualitas. Dikatakannya hal tersebut dapat dimulai dari mempersiapkan 1.000 hari pertama kehidupan anak dengan sebaik-baiknya. Perempuan sebagai calon ibu, sejak remaja hingga menjadi calon pengantin harus dibekali dengan pengetahuan yang cukup terkait kesehatan reproduksi maupun tumbuh kembang anak.
Hal ini menjadi perhatian Sukardiasih, untuk lebih mendorong lebih jauh kegiatan pembekalan kepada para calon pengantin agar terbentuk generasi penerus yang siap, misalnya tidak sampai melakukan pernikahan dini. “Ujung-ujungnya nanti ke program nasional yang lagi gencarnya, masalah stunting. Kita ingin menekan presentase stunting di Bali yang saat ini masih 14 persen,” kata Sukardiasih.
Terlebih, Kepala BKKBN ditunjuk sebagai Ketua Koordinator Percepatan penurunan stunting di Indonesia, sehingga BKKBN telah melakukan upaya-upaya dalam penurunan dan pencegahan stunting. Salah satu upaya yang dilakukan dengan pembentukan Tim Pendamping Keluarga (TPK).
Tim Pendamping Keluarga terdiri dari Bidan di Desa, Kader PKK dan Kader KB yang bertugas untuk melakukan pendampingan terhadap keluarga yang memiliki calon pengantin/calon pasangan usia subur, ibu hamil, ibu bersalin, ibu pasca persalinan, anak usia dibawah 5 tahun (balita), dalam rangka deteksi dini faktor risiko stunting dan melakukan upaya untuk meminimalisir atau pencegahan faktor risiko stunting.
“TPK ini nantinya ada di setiap desa, di mana sebelum melaksanakan kegiatan akan dilatih oleh BKKBN pada bulan Nopember 2021. Dalam melaksanakan sosialisasi, TPK ini dapat melakukan secara tatap muka langsung maupun melalui online kepada keluarga,” ungkapnya. TUM