Pura Kereban Langit Tempat Memohon Keturunan, Kewibawaan, Tamba, hingga Melebur Mala

BADUNG, diaribali.com – Kesidian dan kemahaagungan tempat suci di Bali banyak diyakini umat Hindu memiliki kekuatan gaib dan mampu menjawab permasahan umat diluar batas kesadaran atau hal yang diluar logika bisa terjawab di pura yang terletak di Desa Adat Sading, Kecamatan Mengwi, Badung
Adalah Pura Kereban Langit. Pura yang ditemukan sejak zaman dahulu pada zaman kerajaan Sri Udayana yang diyakini memikili kekuatan gaib, magis, dan sidhi kepada umat.
Sepintas sejarah singkat Pura Kereban Langit, pura ini ditemukan pada tahun 923 Çaka atau tahun 1000 masehi pada masa kerajaan Sri Udayana. Diceritakan, Raja Sri Udayana waktu itu lama tidak memiliki keturunan, melalui pawisik, beliau harus memohon di pura Kereban Langit yang terletak di tengah gua.
Mendapat pawisik dari hyang giri tohlangkir. Raja mengutus parekan untuk mencari keberadaan pura ini. Akhirnya, pura ini ditemukan di Desa Adat Sading. Lalu, punggawa mengambil tirta yang ada di pura ini untuk dipersembahkan kepada sang raja untuk diberikan kepada permaisurinya.
Berselang beberapa bulan, permaisuri akhirnya dinyatakan hamil. Menariknya, permaisuri melahirkan seorang putra dan putri kembar buncing. Semenjak itu, banyak orang meyakini tirta slaka Pura Kereban Langit diyakini mampu menganugerahi keturunan bagi umat yang belum atau lama tidak memiliki keturunan.
Jro Mangku I Ketut Witra pemangku Pura Kereban Langit mengungkapkan, tata cara sebelum nglungsur tirta slaka di Pura Kereban Langit yaitu diawali dengan melukat di taman beji yang berlokasi sebelah selatan dari parhyangan Pura Kereban Langit dengan saranya seadanya, dari 5 pancoran yang ada. Satu persatu pancoran harus dilakukan pelukatan.

Setelah melukat, kata Mangku, dilanjutkan dengan prosesi persembahyangan di jaba tengah dengan sarana pejati dan kelapa gading sebagai saran pelukatan yang kedua.
Usai melukat di jaba tengah, dilanjutkan dengan prosesi persembahyangan di utama mandala yaitu di dalam gua. Pemedek disana melaksanakan persembahyangan dengan menyampaikan doa apa tujuan yang diinginkan kepada yang berstana disana.
“Yang berstana di pura ini yaitu Ratu Gede Nyeneng, Ratu Niang, Ratu Made, Ratu Ayu, Bunda Dewi, Kanjeng Ratu,” tutur Mangku Witra.
Witra menambahkan, dari bhatara-bhatari yang berstana di pura kereban langit memiliki fungsi dan tugas masing-masing. Seperti Ratu Nyeneng dan Ratu Niang memiliki fungsi untuk matetamban atau untuk memohon kesehatan. Sementara Ratu Made untuk memohon pelukatan dan pengleburan mala seperti yang ada di taman beji.
Ratu Ayu memiliki fungsi untuk memohon kewibawaan atau taksu bagi pejabat atau taksu bagi pregina.
Mengupas nama Pura Kereban Langit berasal dari dua suku kata yaitu Kereb yang berarti atap dan Langit berarti angkasa. Jadi, Pura Kereban Langit berada dibawah gua beratapkan langit.

Pura yang termasuk cagar budaya ini diserahkan kepada Raja Badung, dalam hal ini Puri Mengwi. Selanjutnya Raja Mengwi menyerahkan sepenuhnya kepada Keluarga Puri Mengwi yang ada di Sading untuk menjaga, merawat, dan melaksanakan upacakara.
Pada saat-saat tertentu seperti rerainan Purnama, Tilem, Kajeng Kliwon, Saraswati, Siwalatri pemedek yang tangkil ke Pura Kereban Langot sangat banyak dengan tujuan beragam seperti nglugsur tamba, taksu, maupun memohon keturunan.
“Untuk hari-hari biasa pemedek yang tangkil hanya beberapa saja. Sekitar 10 orang ada saja yang tangkil ke sini,” terang pensiunan ASN Pemkab Badung ini.
Tak hanya warga Sading atau aarga Badung saja yang tangkil ke sini, banyak warga di luar Kabupaten Badung yang tangkil ke sini, bahkan dari Jawa dan wisatawan juga yak sedikit yang datang melukat.
“Pemedek dari luar Badung banyak yang tangkil, luar Bali ada, hingga wisatawan manca negara banyak ke sini,” aku Jro Mangku.
Pura yang terletak di pinggir hamparan sawah yang luas ini dan berada tepat di tepi aliran sungai ini memiliki aura dan vibrasi sangat sejuk dan sunyi ini memiliki pantangan bagi bayi yang belum genap berusia enam bulan atau 1 oton dilarang untuk melakukan persembahyangan atau melukat di pura yang melaksanakan upacara piodalan pada hari Buda Cemeng Ukir.
Ditegaskan, tak terhitung berapa umat yang sudah disembuhkan oleh karunia ida sang hyang widhi yang berstana disisni. Terbukti, banyak umat yang datang sembahnya dengan membayar kaul. “Banyak kesini saat sembahyang membayar kaul. Mereka bilang pernah sakit dan berangsur sembuh. Ada yang mengaku sembuh dari penyakit dalam, dan mendapat keturunan setelah tangkil disini, ” jawab Mangku Witra.
Deretan pejabat, atlet, pregina, artis juga tak sedikit yang tangkil dihadapan Ida. Diyakini ida yang berstana disini maha pengasih dan mengabulkan permohonan. “Bahkan jelang pemilu tak sedikit pejabat yang tangkil kesini, calon Bupati, Gubernur, maupun DPRD banyak kesini,” pungkas Mangku Witra. (Tas)