Pandemi Gugah Kesadaran Cinta Lingkungan Kelompok Pelajar
GIANYAR-DiariBali
Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar, Bali dikenal dengan airnya yang melimpah yang bersumber dari Danau Batur, Kintamani, Bangli, juga dari Tampak Siring di sebelah timurnya. Parit dan selokan selalu setia mengalirkan airnya. Salah satu muara berkumpulnya air parit adalah Bantaran Sungai di Banjar Geria, Desa Melinggih, Payangan.
Kumpulan air itu tergabung lalu jatuh ke jurang layaknya air terjun. Gemuruh air menjadi pemecah kesunyian di jalur menuju Taman Tirtha Song Broek (dibaca Beruk) yang terdiri dari beji dan pemandian umum. Letaknya persis di mulut sungai, 200 meter dari sumber suara gemuruh “air terjun” itu.
Made Suarjana beserta belasan rekan sebayanya mulai menapaki puluhan anak tangga yang cukup curam. Dari langkah kakinya, para pemuda lokal ini terlihat jelas menguasai medan. Sepanjang jalan menuju Taman Tirtha Song Broek, mereka melempar pandangan ke lingkungan sekitar.
Patung rangda yang bercokol di pinggir anak tangga mereka bersihkan. Demikian pula rumput liar dan terutama sampah plastik. Suarjana dan rekannya sangat geram terhadap perilaku orang yang membuang sampah sembarangan. Apalagi sampah plastik yang secara khusus telah diatur dalam Peraturan Gubernur Bali Nomor 97 Tahun 2018 mengenai Pembatasan Timbulan Sampah Plastik Sekali Pakai.
Sesampainya di pemandian umum dan Beji Song Broek, mereka kompak menyapu dan membersihkan lingkungan setempat. Tindakan para pemuda ini layak diacungi jempol karena komitmen cinta lingkungan lahir dari kesadaran sendiri. Bukan dimotori oleh pemerintah, organisasi masyarakat, atau partai politik tertentu.
Suarjana menjelaskan, awalnya, ia dan rekan-rekan satu desa hoby bermain layangan. Sehingga mereka menghimpun diri membentuk organisasi. Namun, sejak pandemi Covid-19 menerjang, mereka sepakat menyudahi bermain layangan untuk menghindari kerumunan.
“Akhirnya kami alihkan kegiatan main layangan menjadi kelompok bersih-bersih lingkungan dengan nama Rare Angon (RA) Maruti,” jelas Suarjana, Sabtu (15/5/2021) di Sungai Song Broek.
Pemberlakuan pembelajaran jarak jauh (PJJ) sejak Maret 2020 juga memberi waktu lebih bagi RA Maruti untuk melakukan sesuatu yang positif bagi lingkungan. “Anggota kami hampir semua pelajar jejang SMP dan SMA. Daripada keluyuran, lebih baik berbuat yang positif,” imbuh Suarjana.
Kegiatan RA Maruti ini disambut antusias oleh Ni Putu Tirka Widanti, salah tokoh masyarakat Banjar Geria. Sebagai wujud dukungan, pemilik sapaan karib Bu Putu ini memberikan tak segan menggelontorkan bantuan untuk mempercantik kawasan sungai Song Broek.
“Kemarin mereka minta dibelikan patung untuk di beji. Ya saya jelas mendukung anak-anak yang baik ini,” kata Bu Putu, pada kesempatan yang sama.
Bu Putu yang juga pengelola Song Broek Jungle Resort ini, juga memfasilitasi tempat “meeting” RA Maruti di villa-nya. Tak ada rasa canggung saat Bu Putu berkomunikasi dengan anggota RA Maruti.
Bagi Bu Putu, kegiatan RA Maruti tidak sebatas menjaga kelestarian lingkungan, namun bagaimana mereka mengajarkan generasi sebelumnya bersatu dalam satu visi sebagai saudara.
“Kegiatan anak-anak adalah implementasi dari ajaran luhur Tri Hita Karana, yakni Parahyangan, menjaga hubungan harmonis dengan Tuhan. Pawongan menjaga hubungan harmonis sesama manusia dan Palemahan, menjaga hubungan harmonis dengan lingkungan,” kata Bu Putu memungkasi. TIM