Lepihan Lontar Hantarkan Dukuh Penaban Tembus Rekor MURI
KARANGASEM, Diari Bali
-Desa pakraman Dukuh Penaban merupakan
salah satu desa adat di Bali yang memiliki potensi adat,tradisi,budaya dan kearifan lokal yang khas dan unik. mewilayahi dua banjar yakni Banjar Dukuh Bukit Ngandang dan Banjar Penaban. Desa ini berada di Kelurahan/Kecamatan Karangasem. Potensi yang dimiliki kaya akan nilai-nilai budaya adi luhung hingga menjadi desa wisata yang popular pelosok dunia.
Ketua Pokdarwis Museum Lontar Dukuh Penaban I Nengah Sudana Wiryawan SE., MAP menjelaskan keberadaan museum lontar dukuh penaban yang dibangun sejak 11 april 2016, prajuru bersama masyarakat memberanikan diri mendeklarasikan menjadi desa wisata sebenarnya belum ada sumber yang terbayang. Karena sudah mendeklarasikan otomatis menjadi suatu tantangan dalam mengangkat kearifan lokal yang akan dijadikan icon di desa penaban.
“Ide dan kreator ini muncul ketika obrolan kecil bersama bendesa adat jro Nengah Suarya tentang masa lalu dan menjelajahi sumber daya yang dimiliki warisan yang dimiliki oleh tetua terdahulu,” jelas Sudana, Senin (17/5/2021).
Berdasarkah hasil survei warisan yang dimiliki dari tetua di Penaban berupa lontar yang tidak dirawat oleh pemiliknya. Berangkat dari hal tersebut pertama yang terbayang adalah gudang dengan berkonsultasi dengan tokoh, jika berbicara tentang gudang berarti akan menjadi tempat menaruh barang rongsokan. Kembali ide keluar karena benda lontar berupa warisan pihaknya berkonsultasi dengan para ahli lontar. Hal tersebut tercetus untuk membuat museum. Dari tercetusnya ide tersebut banyak memberi masukan ternyata museum itu tidak harus dengan bangunan yang mewah seperti musem Gunarsa, gedong Kirtya, museum Bali.
“Kendala diawal dengan adanya ide ini adalah meyakinkan masyarakat, dengan prinsif kerja keras, kerja iklas, dan kerja tuntas segala resiko siap untuk menanggungnya,” katanya.
Kebulatan tekad prajuru dan masyarakat dengan semangat kegotong royongan dan bahu membahu dalam memproses lahan desa yang ada dimulai dari membuat akses jalan, parkir, perabatan pohon liar dengan melibatkan seluruh elemen masyarakat tua, pemuda-pemudi, laki, perempuan terlebih lagi didukung masyarakat yang berada di perantauan. Semangat kebersamaan ini manjadi motivasi dengan tekad bulat mendirikan museum.
“Adapun kurator yang ditunjuk dalam Museum Dukuh Penaban adalah I Dewa Gde Catra (pemilik lontar), Sugi Lanus, Ketut Arta ( arsistek bangunan ) dan Hedi Hisler (pemilik musem lontar dibelanda),”kata Penyarikan desa adat Penaban.
Terlepas dari itu mengawali berdirinya musem tersebut di tahun 2017 januari terselesaikan bangunan sesuai sket gambar tersebut, pertama yang di bangun adalah bale sangkul putih sebagai tempat penyimpanan lontar diantaranya widhi sastra, puja lan mantra, kepemangkuan, sesana, tatwa, tutur, kidung lan peparikan, gaguritan, kakawin, plelutuk bebantenan, babad, parwa kanda, usadha, wariga, awig dan sebagainya. Ada juga lontar Wariga (ilmu astronomi dan perbintangan), atau dan padewasaan. Sedangkan kakawin berupa wirama berisikan guru dan lagu, kidung yang dinyanyikan dalam pelaksanaan panca yadnya. Babad menyangkut silsilah dan sejarah, geguritan tentang wirama macepat tanpa guru dan lagu.
Bangunan tersebut dikerjakan oleh paruman para pemangku desa adat setempat menggunakan tanah tatal yang berjumlah 40 orang. Sebagai bentuk penghargaan atas bangunan hasil karyanya disepakati bangunan tersebut bernama Bale Sangkul Putih. Tempat tersebut pula digunakan sebagai tempat pesraman, paruman pinandita, workshop, teknik menggunakan genta yang baik, mantra-mantra, belajar membaca lontar, menulis aksara Bali.
Dikatakan Sudana bahwa tujuan membangun museum adalah menyelamatkan warisan leluhur. Banyak lontar warga dalam kondisi rusak yang mulanya dikeramatkan terbungkus dalam karung beras hingga puluhan lontar yang disimpan di glodog (tempat penyimpanan hasil panen). Setelah diserahkan di museum dibersihkan , di konservasi, diisi halaman, diregristrasi untuk memperjelas pemiliknya.
“Kami memiliki klinik lontar yang bertugas membantu masyarakat baik dalam membaca aksara, menulis awig-awig, mengkonservasi, tanpa menargetkan biaya itu sudah berjalan sampai saat ini,” pintanya.
Melihat dari hal tersebut masih Sudana, terbentuknya museum tersebut yang awalnya sebagai penyelamatan lontar seiring perkembangan jaman sekarang dijadikan destinasi wisata sampai saat ini. Kunjungan tamu domestik april 2017 mencapai 13.000 ribu dan tamu mancanegara mencapai sekitar 1.200 ribu.
Selain itu, pihak desa adat menjalin kerjasama dengan tamu asing dalam penyuguhan di restoran khas Bali, ketika tamu tracking pihak pengelola menyambut dengan welcome drink, minuman yang terbuat dari bawang adas yang langsung dipetik oleh para tamu di areal museum. Dengan kerjasama tersebut dapat membantu menunjang perekonomian masyarakat setempat.
“Perkembangan terus menggeliat dalam peran aktifnya di tahun 2019, kita ditunjuk mewakili kabupaten/provinsi lomba Pokdarwis dilampui dari tingkat kabupaten, provinsi, hingga nasional memenuhi syarat. astungkara atas kerjasama tim Pokdarwis dan desa adat akhirnya dinobatkan Dukuh Penaban menjadi terbaik I ditingkat nasional katagori mandiri,” kata Ketua Satgas Covid 19.
Tidak berhenti sampai disana, perkembangan terus membungbung tinggi, hingga popular ke kancah nasional dan internasional dari hal tersebut museum Rekor MURI menganugrahkan Rekor MURI atas gagasan mendirikan museum, dan sebagai penyulih lontar terbanyak kurator museum I Dewa Gde Catra . Penghargaan tersebut di terima secara virtual di bulan september 2020. Disamping itu, Gubernur Bali memberikan Penghargaan tahun sebelumnya sebagai inovasi dan kreativitas masyarakat bisa mengangkat potensi wilayah. Red