Kelompok Nelayan Wana Segara Kertih Komitmen Jaga Kelestarian Hutan Mangrove

Bagikan

BADUNG, diaribali.com – Kelompok Nelayan ‘Wana Segara Kertih’ (WSK) Kedonganan, memiliki misi menjaga dan melestarikan hutan mangrove di Desa Kedonganan, disamping untuk mewadahi para nelayan setempat.

Berdiri sejak tahun 2020 lalu tatkala pandemi Covid-19 melanda, saat awal didirikan kelompok ini hanya beranggotakan 27 orang, dan sekarang setelah hampir 3 tahun berjalan sudah memiliki 97 orang anggota.

Ketua Kelompok Nelayan Wana Segara Kertih, I Nyoman Sunarta mengungkapkan, tindakan merawat mangrove tersebut tidak serta-merta untuk kepentingan kelompoknya saja, melainkan sebuah warisan untuk generasi berikutnya. Ia juga mengatakan eksistensi kelompok tersebut yakni untuk melestarikan profesi nelayan dan untuk menjaga keasrian alam.

“Dalam kelompok kami ada dua misinya, satu untuk melestarikan budaya nelayan, kalau nelayan disini ada banyak bahasanya, ada muntiknya, ada loloannya, banyak itu bahasa disini, itu alasannya. Yang kedua kita lestarikan alam, kita bersihkan, pasti ada manfaatnya,” jelas Sunarta, di Badung, Minggu (5/3).

Sunarta menerangkan, kelompoknya memiliki wacana untuk membangun traking bambu serta rumah pantau di dalam hutan mangrove kelolaan kelompoknya, sehingga bisa memudahkan nelayan saat kedalam menangkap ikan, bisa memantau pertumbuhan tanaman mangrove dan memudahkan wisatawan yang akan mengeksplorasi hutan mangrove, namun sejauh ini belum terealisasi lantaran kerkendala pendanaan.

“Satu untuk wisatawan, kedua untuk nelayan, pada sat pasang naik itu susah untuk mencari perahunya kedalam, ketiga balai pantau, untuk memantau keadaan dan situasi mangrove itu perkembangannya bagaimana, sarana itu yang belum kita miliki,” bebernya.

Bendahara Kelompok Nelayan Wana Segara Kertih Kedonganan, I Ketut Sutarma, menjelaskan proses penanaman pohon mangrove memerlukan monitoring yang benar, sehingga potensi keberhasilannya (hidupnya) bisa mencapai hasil maksimal.

“Monitoring itu artinya kita ikut bantu memelihara, datang berkala kesini, mana mangrove yang kita tanam kemarin, kenapa mati? Nah disitu akan ketemu permasalahannya,” jelas Sutarma.

Lebih lanjut, Sutarma mengungkapkan hutan mangrove kelolaan kelompok Wana Segara Kertih, saat ini sudah dalam zona pemanfaatan, kendati demikian ia mengatakan pihaknya akan tetap menerapkan pemanfaatan yang bersifat ramah lingkungan.

“Yang akan kita lakukan wisata air, memberikan edukasi mangrove kepada wisatwan. Kita juga akan meningkatkan apa yang ada di Wana Segara Kerti, yang pasti harus ramah lingkungan,” terangnya. Zor